Clickindonesia.id, Yogyakarta – Indonesia menduduki peringkat kedua dalam jumlah penderita Tuberkulosis (TBC). Menurut catatan Global Tuberculosis Report (GTR) 2022, tercatat ada 969 ribu kasus TBC di Indonesia. Data Kota Yogyakarta sendiri per 30 September 2023 ditemukan 1.088 kasus
Sub-sub Recipient-Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (SSR-PKBI) Kota Yogyakarta menggelar pernyataan bersama upaya kolaborasi penanggulanan Tuberkulosisi “Beri TPT Meski Sehat” di salah satu Hotel di Demangan, Kemantren Gondokusuman, Kota Yogyakarta. Senin (30/10/23).
Direktur PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Kota Yogyakarta Agus Triyanto mengatakan untuk itu PKBI di Kota Yogyakarta yang melibatkan kader untuk ikut berperan dan terlibat dalam penanggulangan TBC melalui kegiatan pelacakan kasus, screening warga terindikasi, dan koordinasi lintas sektor.
“Dalam pelaksanaannya kader akan melakukan investigasi kontak/screening warga dan melakukan sosialisasi penyakit TBC. Bila saat melakukan screening ditemukan orang yang yang bergejala seperti batuk, demam dan keringat dingin di malam hari, kader akan merujuk ke puskesmas untuk melakukan pemeriksaan. Kader juga melakukan pendampingan pasien selama masa pengobatan hingga sembuh,”ujar Agus dalam konferensi pers tentang Upaya Kolaborasi Penanggulangan TBC di Kota Yogyakarta.
Selain itu sambungnya guna eliminasi TBC kader juga berperan untuk melakukan edukasi untuk pemberian Terapi Pengobatan Tuberkulosis (TPT) untuk kontak serumah dengan TBC aktif.
Di kesempatan yang sama Astari Pranindya Sari, dokter spesialis paru mengungkapkan, TBC adalah penyakit menular yang disebabkan mycobacterium tuberculosis. Penularannya lewat udara, yang membawa bakteri dari penderita yang batuk atau bersin (droplet).
“Salah satu permasalahan TBC yang tidak kunjung selesai karena adanya TBC laten, yaitu bakteri masuk ke dalam tubuh, namun bakteri tersebut dalam kondisi terkurung, sehingga tidak terindikasi dan tidak timbul gejala,”ujarnya.
Astari menjelaskan Seseorang dapat terkena ILTB (infeksi laten tuberculosis) karena tertular dari orang dengan sakit TBC aktif melalui droplet. Orang yang kontak erat dengan pasien TBC atau berinteraksi rutin memiliki resiko kemungkinan 50 persen terkena TBC.
“Resiko sakit 5-10 persen jika tidak diobati 50 persen meninggal dan jika diobati 95 persen sembuh. Jika terinfeksi ILTB, reaktivsi 5 persen dan Infeksi Laten TB 95 persen,”paparnya.
Untuk itu lanjut Astari diperlukan pemeriksaan Tes Mantoux untuk memeriksa TBC Laten, penting supaya orang dengan ILTB jangan sampai menjadi TBC aktif.
“Bila seseorang sudah terinfeksi ILTB perlu diberikan TPT (Terapi Pencegahan Tuberculosis). Tujuannya pemberian TPT untuk mengurangi risiko TBC aktif.
Salah satu prioritas pemberian TPT adalah balita kontak serumah dengan penderita TBC,”paparnya. (Kaperwil DIY).
COMMENTS